Jumat, 04 Desember 2015

Keindahan candi borobudur, wisata sejarah di Indonesia


Borobudur, sebuah tempat wisata sejarah yang namanya telah sangat dikenal publik dunia, adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta, Indonesia. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra, 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa dibangun.

Candi megah yang sebelumnya sempat terkubur dalam tanah, sampai pada akhirnya berhasil ditemukan ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi).
 Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran saat itu.
Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (870 kaki) dari permukaan laut dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba yang telah mengering. Keberadaan danau purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad ke-20, dan menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau.
Pada 1931, seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha, seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), menjadi alas duduk singgasana Buddha.


sumber: http://info-info-umum.blogspot.co.id/2012/01/keindahan-candi-borobudur-wisata.html

Kamis, 03 Desember 2015

Sulawesi Selatan : Keindahan dalam Mistisme Alam Tana Toraja

tengkorak di depan gua, londa
tengkorak di depan gua, londa
Subuh itu saya sudah berada di Rantepao, setelah 9 jam perjalanan naik bis dari Makassar. matahari pagi belum menyinari ibukota kabupaten Tana Toraja Utara, roti Maros yang saya beli semalam—saat bis berhenti di jalan raya Maros, lumayan untuk mengisi perut, sembari menunggu geliat aktivitas di daerah pusat wisatawan yang datang untuk mengagumi keunikan Land of Toraja.
Wisma Maria I akan menjadi tempat istirahat saya selama di Toraja. Setelah chek in dan istirahat sebentar, saya mulai keliling sekitar Rantepao. Sebelum pagi beranjak, saya memutuskan untuk ke pasar tradisional, tidak jauh dari penginapan saya, berada di samping sungai, sebelum jembatan.
Pasar tradisional menjadi ‘tempat wajib datang’ saat saya berkunjung ke daerah tertentu—selama ada waktu santai di pagi hari. Di pasar itulah saya dapat mengamati ‘keaslian’ dari suatu daerah, terlihat aktivitas penduduk, makanan lokal, dan bahasa sehari-hari. Kopi toraja menjadi oleh-oleh yang saya beli dari pasar tersebut.
Setelah berkeliling melihat souvenir khas Toraja—yang banyak berjejer di jalan A. Yani dan jalan Mapanyuki, saya berhenti di Alun-alun, memesan semangkok mie ayam. Mengobrol dengan tukang mie ayam—yang ternyata orang Wonogiri, Jawa Tengah. Sekedar mengorek informasi dari penduduk yang sudah lama tinggal disini, setelah itu saya balik ke penginapan, istirahat.
Sore itu saya memesan kopi di lobby penginapan, kopi toraja yang nikmat, juga murah. Tanya-tanya ke petugas resepsionis informasi seputar tujuan wisata di Toraja, kegiatan apa yang menarik untuk dilakukan disini dan informasi lain yang saya perlukan untuk lebih mengenal Tana Toraja.
Malam pun datang, udara dingin menyebar, memaksa saya memakai jaket saat keluar penginapan. Menuju pusat keramaian, sekedar ingin melihat ‘kehidupan malam’ para penduduk setempatl saat ‘musim sepi turis’ seperti sekarang ini. Saya pun ikut mencoba Seraba (semacam STMJ) sambil menikmati malam.
Pagi itu bang Edi—guide saya, menyusul di penginapan saat saya sedang menikmati sarapan. Setelah mengatur itinerary untuk menyesuaikan waktu dengan style saya yang ‘nyantai’, akhirnya tujuan hari itu ke : Ke’te Kesu; Lemo; Londa; Makale; Kambira; Sa’dan; Pallawa; Batu Tumonga; Lo’ko Mata dan Bori.
Ke’te Kesu
Menuju ke selatan, Ke’te kesu adalah tempat pertama yang kami singgahi. Dari semua objek wisata di Tana Toraja, menurut saya Ke’te Kesu adalah miniatur dari Tana Toraja itu sendiri. Rumah adat Tongkonan dengan Alang—lumbung padi, berhadapan menjadi icon dari tempat wisata ini. Bagian belakang Tongkonan ada tebing tempat menaruh mayat orang yang sudah meninggal.
tongkonan dan alang di ke'te kesu
tongkonan dan alang, ke’te kesu
kuburan di tebing ke'te kesu
kuburan di tebing, ke’te kesu
peti mati berbentuk kerbau di ke'te kesu
peti mati berbentuk kerbau, ke’te kesu
tengkorak di 'kuburan' ke'te kesu
tengkorak di ‘kuburan’, ke’te kesu
tao-tao di ke'te kesu
tao-tao di ke’te kesu
Lemo
Lebih selatan lagi, kita akan sampai ke Lemo (cliff grave). Tebing vertikal tempat menyimpan mayat, dengan Tao-tao—miniatur dari jasad orang yang meninggal, tampak berbaris di atas tebing.
'kuburan tebing' lemo
‘kuburan tebing’, lemo
tao-tao di lemo
tao-tao, lemo
tao-tao di toko souvenir lemo
tao-tao di toko souvenir, lemo
lubang di tebing batu tempat mayat di lemo
lubang di tebing batu tempat mayat, lemo
Londa
‘Kuburan’ ini berada di dalam gua, walaupun banyak juga mayat—yang sudah berupa kerangka, dan juga Tao-tao di dinding tebing pintu masuk gua. Suasana menegangkan memasuki gua gelap yang penuh dengan tengkorak manuasia, dengan ditemani pemandu yang membawa lampu petromak.
tao-tao di depan gua londa
tao-tao di depan gua londa
tengkorak di dalam gua londa
tengkorak di dalam gua londa
tengkorak di celah stalagtit di londa
tengkorak di celah stalagtit di londa
Karena saya terlalu nyantai menikmati keunikan ‘kuburan’ khas Tana Toraja, terpaksa untuk Makale (ibukota Tana Toraja) dan Kambira (baby grave)—pohon tempat menyimpan mayat bayi yang baru lahir, saya lewatkan. Mengejar waktu untuk menikmati makan siang di Batu Tumonga, setelah Londa kita langsung menuju ke utara.
Sa’dan
Sebelah utara Rantepao, sentra pengrajin tenun kain toraja. Kalau beruntung bisa melihat nenek-nenek yang lagi menenun. Apes buat saya, suasana sepi saat itu, beginilah resiko traveling waktu hari kerja.
kerajinan tenun toraja di sa'dan
kerajinan tenun toraja, sa’dan
anak pengrajin tenun toraja
anak pengrajin tenun toraja, sa’dan
Pallawa
Deretan rumah adat Tongkonan yang lebih banyak dari Ke’te Kesu, lebih tua juga usia kampung ini. Selain tidak terdapat ‘kuburan’, kebersihan yang tidak terjaga membuat kampung ini kalah populer dibanding Ke’te Kesu.
tongkonan di pallawa
tongkonan dan alang, pallawa
hiasan tanduk kerbau di tongkonan
hiasan tanduk kerbau di tongkonan, pallawa
pakaian adat
pakaian adat, pallawa
Batu Tumonga
Menurut saya, tempat inilah yang menjadi ‘primadona’ selama perjalanan saya di Tana Toraja. Pemandangan yang memanjakan mata, membuat perjalanan selama 1 jam tidak berasa. Berhentilah sejenak di Tinimbayo Coffe Shop, deretan sawah yang berada di bawah ‘warung kopi’ itu sangat indah. Rumah Makan Batu Tumonga menjadi tempat yang sempurna untuk beristirahat sambil menikmati makan siang.
pemandangan dari tinimbayo
pemandangan dari tinimbayo, batu tumonga
persawahan di bawah tinimbayo
persawahan di bawah tinimbayo, batu tumonga
rumah makan batu tumonga
rumah makan batu tumonga
pemandangan dari batu tumonga
view dari rumah makan batu tumonga
Saat makanan terhidang, hujan turun, lumayan lama. Di samping meja ada sepasang turis dari Inggris. Melihat saya membawa buku Lonely Planet, mereka menyangka saya juga turis asing. Kita pun ngobrol sambil menunggu hujan reda.
Karena waktu sudah sore, Lo’ko Mata terpaksa saya skip. Perjalanan dilanjutkan menuju tujuan terakhir.
Bori
Situs megalith menyambut di pintu masuk, batu-batu tegak berdiri, tempat ‘pesta kematian’. Agak ke dalam, banyak batu-batu besar yang telah diukir/dilubangi tempat menyimpan mayat/jenasah. Terdapat pohon di belakang ‘kuburan’ ini. Pohon itu dilubangi untuk menyimpan mayat bayi yang baru lahir—seperti yang ada di Kambira, kemudian lubang itu ditutup lagi dengan semacam jerami.
megalith di bori
megalith, bori
batu tempat menyimpan mayat di bori
batu tempat menyimpan mayat, bori
pohon tempat menyimpan mayat bayi yang baru lahir
pohon tempat menyimpan mayat bayi yang baru lahir, bori
Sepanjang perjalanan balik ke penginapan, saya masih terkagum-kagum dengan keunikan dan keindahan alam dan budaya Tana Toraja.

Rabu, 02 Desember 2015

Taman Mini Indonesia Indah Miniatur Keragaman Indonesia

Taman Mini Indonesia Indah Miniatur Keragaman Indonesia, Tempat Wisata Terindah - Taman Mini Indonesia Indah  yang disingkat TMII adalah suatu area taman wisata  seluas 150 hektar yang menggambarkan keragaman dan keindahan budaya Indonesia dari sabang hingga merauke. Singkatnya TMII adalah gambaran kecil dari aneka ragam suku, bentuk bangunan rumah tradisional tiap provinsi yang ada di Indonesia. Mencakup berbagai macam contoh kecil aspek kehidupan yang terdapat di 26 provinsi di seluruh wilayah Indonesia. Alamat taman mini indonesia indah adalah di Jakarta Timur, DKI Jakarta.

Taman Mini Indonesia Indah  memiliki banyak keindahan didalamnya. Didalamnya terdapat banyak sekali  bangunan  seni budaya asli Indonesia, yang beraneka ragam mewakili setiap identitas provinsi yang ada diseluruh wilayah Negara Indonesia, seperti rumah panggung, Rumah adat minangkabau, Rumah adat bali dsb. Selain bangunan-bangunan tersebut ada juga danau buatan yang menggambarkan wilayah Indonesia dalam bentuk miniatur pulau. Ada berbagai macam fasilitas yang disediakan sebagai tempat wisata di Taman Mini Indonesia Indah, diantaranya adalah Kereta gantung yang siap membawa pengunjung melihat pemandangan dari atas, Istana Anak-anak Indonesia, SnowBay Water Park, Teater IMAX Keong Mas, Teater 4 Dimensi, Teater Tanah Airku, Hotel Desa Wisata, Graha Wisata Remaja, Resto Puri Caping Gunung, Titihan Samirono/Aeromovel, Taman Bunga Keong Emas, Dunia Air Tawar dan Dunia Serangga, Taman Burung dan Taman Bekisar, Museum Indonesia, Museum Keprajuritan, Museum Prangko Indonesia, Museum Pusaka, Museum Transportasi, Museum Listrik dan Energi Baru, Museum Telekomunikasi, Museum Penerangan, Museum Olahraga, Museum Asmat, Museum Komodo dan Taman Reptilia, Museum Timor-Timor, Pusat Peragaan IPTEK dll. Tempat-tempat wisata tersebut diatas semuanya terdapat di dalam kompleks TMII dan memiliki harga tiket masuk yang berbeda-beda. Untuk lebih lengkapnya masalah tiket masuk anda dapat melihat di daftar harga tiket masuk Taman Mini ndonesia Indah di situs resminya Disini.

Karena memiliki sarana yang komplit TMII menjadi tujuan wisata yang ramai bila musim liburan tiba. Kebanyakan pengunjung adalah warga ibu kota. Banyak pula turis dari negara lain yang singgah ke TMII. Mereka beranggapan bahwa mengunjungi TMII sama halnya dengan mengunjungi seluruh wilayah Indonesia secara singkat dan praktis. TMII mempunyai ikon maskot dari tokoh pewayangan Hanoman bernama Anjani Putra ( NITRA ). Penggunaan maskot NITRA  diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada tahun 1991 bertepatan  dwi windu usia TMII.

Sejarah Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah diawali dari ide cemerlang ibu Negara saat Presiden Soeharto berkuasa. Yakni Ibu Siti hartinah atau yang lebih dikenal dengan nama Ibu Tien Soeharto. Ide beliau muncul saat pertemuan di cendana pada tanggal 13 maret 1970. Beliau berkeyakinan dengan dibangunnya TMII diharapkan seluruh warga Indonesia mempunyai rasa bangga dan rasa cinta tanah air. Maka setelah melakukan perbincangan dengan berbagai pihak terkait, dimulailah proyek miniatur Indonesia indah yang ditangani oleh Yayasan Harapan Kita.
Pembangunan dimulai tahun 1972, Arsitek perancang TMII memanfaatkan luas areal pembangunan seluas 150 hektar dengan topo grafi agak berbukit  Sebagai penggambaran penuh aspek kekayaan alam Indonesia. baik budaya, bangunan, hingga teknologi modern yang sedang berkembang. Tim perancang terbantu dengan topografi alami daerah lahan pembangunan TMII yang tinggi tidak merata untuk mengambarkan kondisi alam Indonesia secara landscape diatas permukaan tanah secara detail. Pada hari minggu biasanya digelar pertunjukan musik daerah, atau berbagai upacara adat yang ada di indinonesia. Di berbagai anjungan juga menyediakan macam-macam item khas provinsi yang diwakilinya. Berupa kuliner daerah, jajanan  ringan, ataupun hiasan cinderamata.

Setelah provinsi timor timur memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002. Anjungan timor timur  TMII berubah statusnya sebagai museum timor timur. Nah karna pada saat ini Negara kita terdiri atas 33 provinsi. Maka pembangunan anjungan baru juga dilaksanakan. Meliputi provinsi baru seperti provinsi Papua Barat, Kepulauan Riau, Gorontalo, Maluku utara,Bangka Belitung, banten, dan  Sulawesi barat. Itulah sedikit gambaran tempat wisata Taman Mini Indonesia Indah

Peta Taman Mini Indonesia Indah

Berikut kami tampilkan Peta Taman Mini Indonesia Indah


Gambar dan Foto Taman Mini Indonesia Indah

 


Demikian tadi sekilas tentang tempat wisata Taman Mini Indonesia Indah. Tempat wisata alam yang ada di Jakarta sangat banyak, salah satunya anda dapat mengunjungi Kepulauan Seribu.

sumber:  http://tempatwisatadaerah.blogspot.co.id/2014/12/taman-mini-indonesia-indah-miniatur.html

Selasa, 01 Desember 2015

Puncak Jayawijaya Papua Pegunungan Tertinggi Yang Ada Di Indonesia

Puncak Jayawijaya | Kali ini twisata.com akan membahas tentang salah satu destinasi wisata pendakian yang ada di Indonesia, yang dikenal sebagai Puncak Jayawijaya. Puncak Jayawijaya merupakan gunung dengan ketinggian hingga 4.884 m dpl. Terletak pada titik koordinat S 04°04.733 dan E 137°09.572. Gunung ini menjulang memecah langit dan menembus awan dengan indahnya. Puncak Jayawijaya merupakan gunung kapur terbesar di Indonesia. Gunung ini merupakan titik tertinggi yang ada di pulau Papua, atau bahkan di Oseania dan benua Australia. Puncak Jayawijaya adalah titik tertinggi yang meliputi Andes dan Himalaya, serta disebut – sebut sebagai puncak tertinggi dari berbagai pulau di belahan dunia.
Secara administratif Puncak Jayawijaya barada di Range Sudirman atau Dugunduguo, tepatnya di provinsi Papua Barat. Puncak Jayawijaya merupakan puncak tertinggi dari seluruh bagian wilayah Indonesia. Gunung ini masuk dalam deretan pegunungan Jayawijaya yang membentang sangat luas, bahkan menyatukan dua negara. Pegunungan ini memanjang dari provinsi Papua Barat wilayah Indonesia hingga Papua Nugini di Pulau Irian. Namun diantara pegunungan yang luas ini, gunung tertinggi ada di wilayah provinsi Papua Barat - Indonesia. Sehingga secara administratif Indonesia masih sangat beruntung, karena di puncak itulah yang menjadi incaran para trakker dunia.
Indonesia sendiri merupakan negara yang beriklim tropis. Seperti yang sudah Anda ketahui, negara ini membentang di atas garis Katulistiwa, maka tidaklah mungkin ada salju di tanah ini. Namun hukum tersebut tidak berlaku untuk Puncak Jayawijaya. Karena dinginnya salju selalu menyelimuti Puncak Jayawijaya. Sungguh aneh, namun inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Puncak Jayawijaya. Gunung ini merupakan satu – satunya gunung yang diselimuti salju di wilayah Indonesia. Meskipun tidak semua puncak di pegunungan Jayawijaya ini bersalju.
Gunung ini juga termasuk dalam tipe Alpine Glaciation jika dilihat dari tipe gletsernya. Sedangkan di tempat yang lebih rendah dari puncak tertinggi, dapat dikategorikan kedalam tipe Valley Glacier. Valley Glacier merupakan gletser yang mencair sehingga turun dan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Dapat dipastikan, di wilayah Pegunungan ini juga terdapat sungai es. Fenomena ini tidak akan bisa anda temui di belahan bumi manapun. Sangat unik dan mengagumkan. Puncak Jayawijaya masuk dalam “ Seven Summit ” yaitu tujuh puncak benua, dan biasa dikenal sebagai Piramida Carstenz.
Berada di Puncak Jayawijaya merupakan impian pendaki sejati yang ingin menyaksikan indah dan keunikannya gunung tersebut. Apabila Anda melihat dari udara gunung ini bagaikan brownies yang di siram dengan susu kental manis rasa vanilla. Bahkan, ketika sinar matahari menerpa, pemandangan digunung ini juga tak kalah menariknya. Cahaya matahari dipantulkan oleh putinya salju, membuat kilauan – kilauan nyata yang mengagumkan.
Puncak Jayawijaya atau lebih dikenal dunia dengan nama Piramida Carstenz memiliki suhu hingga 0 derajad celcius, bahkan bisa minus pada kondisi – kondisi tertentu. Di Puncak Jayawijaya oksigen sangat sulit didapatkan, dengan medan yang terjal dan berbahaya sehingga dapat dikatakan sebagai tujuan trakking yang sangat menantang. Namun itu semua akan terbayarkan dengan pemandangan alam yang disuguhkan oleh gunung tersebut. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi para trakker jika bisa sampai di Piramid Carstenz. Sebuah warisan alam yang unik dan menantang.
Ketika berada disana, akan banyak Anda temui Suku Dani, penduduk setempat yang tergolong primitif. Didalam keseharian mereka masih hidup dengan adat, budaya bahkan kebiasaan seperti manusia di zaman batu. Cukup aneh, di zaman yang modern bahkan teknologi sudah sangat canggih, masih ada saja suku yang seperti ini. Namun disinilah titik keunikannya. Selain dapat trakking ke Puncak Jayawijaya yang sungguh mempesona, Anda akan memperoleh pengalaman baru, yaitu bertemu langsung dengan warga Suku Dani yang kaya akan kebudayaan. Di tengah – tengah mereka, Anda akan merasakan sensasi menjadi manusia di zaman batu. Pengalaman yang paling mengesankan bagi Anda jika dapat bertemu langsung dan bertegur sapa dengan mereka.
Puncak Jayawijaya memang berada di negara Indonesia, namun trakker yang datang lebih banyak dari luar negeri. Mereka tertarik untuk menaklukan salah satu gunung tertinggi yang masuk ke dalam 7 puncak tertinggi di dunia dengan segala keunikannya. Bahkan tercatat lebih dari 300 trakker asal luar negeri sengaja datang untuk mengunjungi Puncak Jayawijaya, akan tetapi kebalikan dari itu jumlah trakker lokal hanya puluhan saja. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan perijinan mendaki gunung ini sangatlah rumit.
Perlu Anda ketahui, 5% dari cadangan es di dunia, ada di Puncak Jayawijaya. Namun, karena pemanasan global yang kian menjadi – jadi, sebagian es di gunung ini kian mencair tiap tahunnya. Sangat disayangkan, karena wisata alam yang tergolong unik, bahkan menakjubkan harus menanggung akibatnya. Nah sebelum es di Puncak Jayawijaya mencair sepenuhnya, jangan sia – siakan waktu Anda untuk berkunjung dan menikmati pesona alam yang unik dari Puncak jaya Wijaya di Pulau Papua.

Sejarah Ditemukan Puncak Jayawijaya

Puncak Jayawijaya ditemukan pertama kali Jan Carstensz pada tahun 1623. Ia adalah seorang petualang dari negeri Belanda. Karena penemuan itulah, Puncak Jayawijaya lebih dikenal dengan nama Carstensz Pyramid oleh dunia. Diambil dari nama “Carstensz” sendiri untuk menghargai jasanya, dan Pyramide berarti puncak. Sedangkan nama Puncak Jayawijaya, merupakan nama yang diberikan oleh Ir. Soekarno setelah berhasil membebaskan wilayah Papua barat dari jajahan Belanda.
Awalnya tidak ada yang percaya dengan temuan  Jan Carstensz. Sebuah gunung yang di selimuti oleh es di daerah yang tropis. Memang jika dipikir kurang masuk akal. Namun setelah 3 abad dari penemuan ini, warga dunia barulah percaya jika gunung tersebut benar – benar ada. Hingga sekarang menjadi salah satu objek wisata pendakian kebanggaan Indonesia bahkan di dunia.
Pesona gunung tertinggi di Indonesia sudah tidak dapat diragukan lagi. Bahkan dunia pun mencatatnya dalam “Seven Summit” yaitu Tujuh Puncak Dunia. Karena keunikan dari gunung tersebut, sehingga tempat ini menjadi incaran para pendaki di dunia. Menurut ahli geologi dunia, pada seribu abad silam, dunia hanya mempunyai satu benua yang dikenal sebagai Benua Panggea. Namun karena desakan alam, benua ini pun terpecah menjadi dua bagian, sehingga membentuk benua baru. Dinamakan benua Laurasia daan benua Eurasia. Benua Eurasia inilah yang akhirnya pecah kembali dan membentuk beberapa bagian, seperti daratan Amerika selatan, India, Afrika, dan Australia.
Di benua Australia terjadi pengendapan serta pergeseran lempeng. lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia bertumbukan di dasar laut. Karena fenomena inilah sehingga menghasilkan busur pulau yang dipercaya sebagai awal dari terbentuknya pulau Papua beserta pegunungannya yang sangat indah. Bukti bahwa Pulau Papua merupakan bentukan alam yang awalnya adalah bagian dari dasar laut terlihat dari aneka fosil laut dan berbagai macam bebatuan di Puncak Jayawijaya. Karena proses sedimentasi beserta tumbukan lempeng dalam jutaan tahun silam, sehingga fenomena alam ini terbentuk dan dapat di lihat dengan nyata.

Perjalanan Menuju Jayawijaya Papua

Untuk hal yang satu ini, tentunya anda harus menyiapkan dana yang tidak sedikit. Karena untuk menjangkau Puncak Jayawijaya tidaklah mudah. apabila Anda berasal dari luar kota, Anda harus transit di Lembah Illaga, Papua. Dari  sana Anda harus melakukan trakking di sebuah hutan yang lebat yang memiliki kumpulan satwa yang cukup berbahaya. Untuk menempuhnya, diperlukan waktu sekitar 7 hari perjalanan. Rute ini tergolong sulit, sehingga ada baiknya Anda menempuh jalur lain yaitu dengan menggunakan hellicopter yang akan membawa Anda menuju tempat perkemahan dari wilayah Puncak Jayawijaya yaitu bertempat di Danau Valley. Hal ini sangat disarankan, mengingat bahaya yang akan Anda temui di hutan.
Selain transportasi, perkemahan dan perlengkapan yang memadai, Anda juga harus melakukan perijinan kepada petugas jauh – jauh hari. Mengingat di wilayah ini sangat rawan konflik antar suku, maka dibutuhkan keahlian khusus untuk menangani masalah perijinan. Sangat disarankan Anda memakai jasa agen perjalanan, agar memudahkan Anda untuk menjangkau Puncak Jayawijaya dengan mudah.
Memang untuk mendapatkan surat ijin bukanlah hal yang mudah, medan yang akan ditempuh juga sulit dan berbahaya, sehingga untuk sampai di Puncak Jayawijaya juga bukanlah hal yang gampang, selain itu dana yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Dibutuhkan keseriusan dan kegigihan untuk mencapai puncak tertinggi dari gunung ini. Namun itu semua kan terbayarkan dengan sensasi yang akan didapatkan oleh trakker ketika sampai di Puncak Jayawijaya. Pemandangan yang spektakuler serta menakjubkan akan membuat Anda kehabisan kata – kata untuk melukiskannya. Walaupun tidak dapat dipungkiri, untuk mencapainya, menguras banyak tenaga dan isi kantong tentunya.

Oleh – Oleh dan Kuliner Khas Papua

Sepertinya sangat tidak lengkap, jika sudah berkunjung ke Pulau Papua, tapi tidak membawa oleh – oleh dari sana. Papua memiliki buah tangan yang beragam. Mulai dari kaos yang bertuliskan Papua, pajangan yang unik, lukisan dari kulit kayu, cokelat yang nikmat, sarang semut, hingga ramuan buah merah yang sudah di kenal khasiatnya.
Koteka, nama ini sudah tak asing lagi. Sebuah benda yang biasa di gunakan untuk menutup kelamin laki – laki dewasa asli dari daerah Papua. Namun benda ini menjadi incaran para pengunjung. Mungkin karena fungsinya yang unik, dan tidak akan Anda temui di daerah manapun selain di pulau Papua.
Bukan hanya itu, di Papua juga banyak yang menyediakan kerajinan tangan seperti Nokem. Apa itu nokem? Nokem adalah tas yaang terbuat dari akar kayu. Selain itu, beragam gelang dan kalung cantik buatan tangan juga dapat anda temui disana. Ada juga topi berbulu dan rok rumbai – rumbai yang cantik. Untuk Anda pecinta barang antik, disanalah tempat yang cocok untuk berburu. Selain itu, juga ada tombak, busur dan panah. Di Papua juga memiliki batik yang cantik. Warna kain batik tersebut cenderung cerah dan pastinya bercorak serta bermotif khas Papua.
Seperti yang kita ketahui, di Papua makanan pokoknya tidak sama dengan di Jawa. Kalau di Jawa kita sudah akrab dengan yang namanya nasi, lain dengan di Papua, mereka memiliki kebiasaan untuk memakan sagu.  Ya... sagu merupakan makanan pokok masyarakat Papua. Untuk masalah kuliner, masyarakat Papua juga tidak kalah dengan daerah lain. Yang pertama ada Papeda. Bahan dasar untuk membuat makanan ini ialah sagu, yang merupakan makanan pokok khas Papua. Untuk membuat papeda, berbahan dasar sagu tersebut diolah sehingga menjadi lengket seperti lem. Rasanya pun hambar. Namun Papeda biasanya dinikmati dengan lauk lainnya seperti ikan atau daging. Uniknya, lauk yang di santap dengan Papeda haruslah berkuah dan berwarna kuning.
Selanjutnya yaitu Martabak Sagu. Sesuai namanya, bahan dasar pembuatan martabak ini adalah sagu. Di olah lalu digoreng, dengan taburan gula merah di atasnya, martabak ini pun siap untuk dinikmati. Rasa martabak yang satu ini sangat lezat dan manis. Cocok dinikmati pada waktu santai. Ada lagi yang lain yaitu Ikan Bakar Manokwari. yaitu Ikan tongkol yang dibakar. Namun yang membedakaannya adalah sambal yang khas dan sangat pedas. Selanjutnya ada ikan bungkus. Jika dilihat dari tampilannya, memang mirip seperti ikan pepes pada umumnya. Namun yang membedakannya ialah bumbu – bumbu yang beragam.
Dan yang makin membuat penasaran, yaitu Sate Ulat Sagu. Mendengar namanya saja Anda akan geli, bahkan mual. Namun memang bahan dasar pembuat makanan ini adalah ulat di pohon sagu. Cukup mengerikan. Ulat dari pohon sagu itu di tusuk dan di bakar. Sangat mirip dengan pembuatan sate pada umumnya. Anda berani mencobanya?
Kemudian Udang selingkuh, nama yang unik untuk salah satu kuliner ini. Dinamakan udang selingkuh, karena menurut tampilannya memang seperti udang pada umumnya, namun udang ini memiliki capit seperti milik kepiting. Sehingga masyarakat setempat memberikan nama udang selingkuh, karena mereka menganggap udangnya sudah selingkuh dengan kepiting dan menghasilkan anak sedemikian rupa. Unik dan lucu.... nah penasaran kan? Sempatkan diri Anda untuk mencicipi udang – udang yang suka selingkuh. Hehehee. Dan jangan sampai lewatkan berbagai macam kuliner yang unik dari pulau Papua.

Tips Pendakian Ke Puncak Jayawijaya

1. Siapkan Kondisi Fisik Dan Mental

Puncak Jayawijaya atau sering di kenal dengan sebutan Pyramide Carstenz merupakan wisata impian para trakker dunia. Namun untuk mengaksesnya bukanlah hal yang mudah, sehingga dibutuhkan energi yang lebih untuk mengunjunginya. Selain itu suhu di daerah ini sangatlah dingin. Jadi sebelum melakukan perjalana ke Puncak Jayawijaya ada baiknya Anda membiasakan diri untuk berada di ruangan yang dingin, hal ini juga menghindari penyakit hipotermia, yang dapat menyerang Anda sewaktu – waktu ketika melakukan trakking.

2. Mempersiapkan Perlengkapan Trakking Dan Dana

Siapkan perlengkapan yang memadai, karena waktu yang dibutuhkan tidaklah singkat sehingga persiapan jauh – jauh hari sangat dibutuhkan. Pendakian bebas sangat tidak disarankan, sehingga penggunaan jumaring merupakan pilihan yang sangat tepat. Selain perlengkapan, dana yang dibutuhkan untuk perjalanan ini juga cukup mahal, sekitar 100 juta rupiah.

3. Mengurus Ijin Pendakian

Untuk perijinan di tempat ini nampaknya cukup sulit, sehingga biasanya hal tersebut dilakukan jauh – jauh hari sebelum memulai perjalanan. Mengingat di daerah ini sering terjadi konflik antar suku, sehingga berkunjunglah pada waktu yang aman.

4. Berlatih Skill Trakking

Puncak Jayawijaya tidak dapat dicapai dengan hal yang mudah, karena medan trakking sangat terjal dan berbahaya, sehingga diperlukan keahlihan khusus untuk dapat sampai kesana. Maka dari itu, cobalah trakking di gunung lain terlebih dahulu, sebelum Anda mengunjungi Puncak Jayawijaya.

5. Jangan Kesana Sendirian

Tidak disarankan anda melakukan perjalanan sendirian, karena sulitnya untuk menjangkau Puncak Jayawijaya. Sebaiknya anda melakukan perjalanan berkelompok. Mengikuti paket wisata dari agen perjalanan juga sangat disarankan, mengingat rute yang ditempuh tidaklah mudah.
Itulah ulasan mengenai Puncak Jayawijaya Papua yang merupakan pegunungan tertinggi yang ada di Indonesia, semoga ulasan diatas bisa bermanfaat bagi Anda semua.